“Pertama, kenali dulu bahannya. Jadi, bahannya ada apa? Ada susu, kopi, serta beverage yang lain, seperti coklat dan sebagainya,” ujar Restu saat ditemui KABARINDONG pada Jakarta Coffee Week 2023 di ICE BSD City, Tangerang Selatan, Banten, Sabtu.
Ia mengatakan pengenalan bahan bagi para pemula yang ingin mendalami seni menciptakan pola atau desain di permukaan latte diperlukan karena setiap bahan memiliki jenis dan karakteristiknya masing-masing.
Sebagai contoh, lanjut dia, susu sebagai salah satu bahan dalam pembuatan seni late memiliki beragam jenis, yaitu fresh milk (susu segar), susu UHT (Ultra High Temperature), dan alternative milk (susu alternatif, seperti susu kedelai).
Selain susu, Restu mengatakan bahwa agar bisa menjadi seniman latte yang dapat membuat minuman dengan rasa yang konsisten, kualitas serta takaran kopi yang digunakan juga harus diperhatikan.
Baca juga: Barista Jepang sebut kopi Indonesia memiliki rasa yang jujur
Menurut dia, pemilihan alat-alat yang digunakan dalam proses pembuatan latte, seperti cangkir, milk jug (wadah penuang susu), dan mesin kopi, juga harus dilakukan dengan seksama agar para pembuat seni latte dapat bekerja dengan nyaman.
“Harus benar-benar dipikirkan bagaimana cangkir yang nyaman untuk pouring (menuang milk foam/busa susu di atas kopi) karena diameter dan ketinggian cangkir berpengaruh untuk kenyamanan saat menggambar,” ucap Restu.
Mengenai milk jug, ia menyarankan untuk menggunakan wadah dengan cerat yang agak lancip agar dapat menggambar berbagai bentuk yang mudah maupun sulit.
Selanjutnya, pemenang Indonesia Latte Art Competition (ILAC) 2019 dan 2021 tersebut mengatakan bahwa para seniman latte juga perlu memperhatikan setelan tekanan pada mesin kopi karena mempengaruhi proses milk steaming atau memanaskan susu dengan semburan uap mendidih dari mesin kopi.
Selain mengenali bahan dan memahami penggunaan alat, dia menuturkan bahwa orang-orang yang tertarik mempelajari seni latte juga harus terus mengasah kemampuan mereka saat melakukan steaming dan menggambar.
Restu menyarankan untuk melatih kepekaan terhadap tekstur racikan saat melakukan steaming agar menghasilkan foam yang bagus serta memperhatikan kontrol dan kecepatan saat menggambar agar foam masih dapat digunakan walaupun tinggal tersisa sedikit.
“Jangan patah semangat, kadang-kadang ada pemula yang berhenti belajar setelah tiga kali mencoba,” kata dia.
Baca juga: Kisah barista lansia manjakan pelanggan muda dengan kopi aromatik
Baca juga: Akademi barista Italia kagumi inovasi industri kopi Tanah Air
Baca juga: Robot barista yang sajikan kopi hadir di Indonesia
Pewarta: Uyu Septiyati Liman
Editor: Satyagraha
COPYRIGHT © KABARINDONG 2023
Leave a Reply