in

Dalam 2 Bulan, Ilmuwan Prediksi Setengah Populasi Dunia Akan Terinfeksi Omicron

KASUS varian Omicron di berbagai negara memang tengah mengalami lonjakan. Di Indonesia sendiri kasus Covid-19 juga mengalami lonjakan. Data per 31 Januari pagi tadi menyebut ada penambahan positif Covid-19 sebanyak lebih dari 12 ribu kasus.

Gelombang ketiga Covid-19 ini memang telah melanda banyak negara. Meski demikian, para ilmuwan memperkirakan kenaikan angka kasus positif Omicron akan terus terjadi, dan diprediksikan akan semakin memburuk.

Seorang ilmuwan ternama, Dr. Christopher Murray dalam jurnal medis yang ia tulis memprediksikan pada Maret 2022 atau dalam 2 bualan ini varian Omicron bisa menginfeksi setengah populasi dunia, seperti dikuhtip Fortune.

Dalam sebuah komentar yang diterbitkan dalam jurnal medis peer-review The Lancet, Dr. Christopher Murray, direktur Institute for Health Metrics and Evaluation, mengungkapkan ia memprediksi dalam beberapa bulan ke depan penularan Omicron yang di mana-mana akan menginfeksi begitu banyak orang.

Situasi tersebut akan membuat pemerintah negara-negara dunia akan mengevaluasi kembali bagaimana tindakan mereka merespon bereaksi terhadap virus. Sang ilmuwan meng-highlight, puncak Omicron cenderung terjadi pada rentang 3 sampai 5 pekan pasca penyebaran di masyarakat terdeteksi pertama kali.

Dokter Christopher Murray menilai, dengan pola seperti demikian maka membuat tindakan-tindakan upaya penanganan pandemi yang sebelumnya bisa diandalkan menjadi kurang efektif jika diterapkan untuk menangani Omicron, karena bisa saja gelombang hantaman Omicron sebagian besar mungkin telah berakhir saat pemerintah meningkatkan solusi penanganan.

“Intensitas penularan omicron sangat tinggi, sehingga tindakan kebijakan seperti meningkatkan penggunaan masker, memperluas cakupan vaksinasi pada orang yang belum divaksinasi, atau memberikan dosis ketiga atau vaksin booster Covid-19 yang dilakukan dalam beberapa minggu ke depan, dampaknya akan terbatas pada jalannya gelombang Omicron,” tulis Dr. Christopher Murray.

Hanya di negara-negara yang gelombang Omicron belum terjadi, langkah antisipasi seperti protokol kesehatan dan wajib vaksin bisa diterapkan tepat waktu. Supaya memberikan dampak yang substansial.

Tapi di sisi lain, Dr. Christopher Murray menilai karena tingkat keparahan Omicron yang lebih rendah dibandingkan dengan varian lainnya. Maka hal ini akan menjadi faktor pendorong dalam menjadikan infeksi Covid-19 jadi penyakit yang lebih mudah dikelola.

“Tinjauan sistematis menurut varian sebelumnya menunjukkan bahwa 40 persen infeksi tidak menunjukkan gejala. Bukti menunjukkan bahwa proporsi infeksi tanpa gejala jauh lebih tinggi untuk Omicron, mungkin setinggi 80-90 persen. Setelah gelombang Omicron, Covid-19 akan kembali tetapi pandemi tidak akan terjadi,” imbuhnya.

Pada masa mendatang, Dr. Christopher menyimpulkan Covid-19 akan menjadi tipe penyakit yang menjadi ancaman teratur.

“Covid-19 akan jadi penyakit berulang lain yang harus dikelola oleh sistem kesehatan dan masyarakat. Masa ketika tindakan luar biasa dari pemerintah dan masyarakat untuk mengendalikan penularan SARS-CoV-2 akan berakhir,” pungkas Dr. Christopher.

What do you think?

Written by Uli Hasanah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

GIPHY App Key not set. Please check settings

Joe Rogan angkat bicara terkait misinformasi COVID-19 di Spotify

Pariwisata Mulai Pulih, Kota Cirebon Terima Kunjungan 3,6 Juta Wisatawan Sepanjang Tahun 2021