in

Menelusuri sejarah jurnalistik Indonesia di ANTARA Heritage Center

Jakarta (KABARINDONG) – Mengisi waktu luang pada saat akhir pekan atau hari libur sekaligus mempelajari sejarah perkembangan jurnalistik di Indonesia menjadi pengalaman yang bisa Anda dapatkan saat mengunjungi kompleks KABARINDONG Heritage Center (AHC).

Kompleks wisata sejarah yang berlokasi di kawasan Pasar Baru, Jakarta Pusat, ini bisa dengan mudah dikenali karena di tempat itu berdiri menara jam khas Belanda dan bangunan-bangunannya yang didominasi warna putih.

Terletak sejajar dengan pintu masuk kompleks Pasar Baru, di sisi Sungai Ciliwung dan di seberang Gedung Kesenian Jakarta, kompleks AHC yang juga merupakan kantor Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) KABARINDONG ini diresmikan pada 14 Mei 2024, setelah melewati proses revitalisasi.

Kompleks AHC termasuk dalam cagar budaya kelas A. Kompleks ini memiliki beberapa bangunan yang terdiri dari tiga gedung, yakni Griya Aneta, Graha KABARINDONG, dan Gedung ANNEX.

 

Tampak depan kompleks KABARINDONG Heritage Center. (KABARINDONG/Farhan Arda Nugraha)




Di masa penjajahan Belanda, bangunan-bangunan yang saat ini menjadi bagian dari AHC masuk dalam wilayah yang disebut Weltevreden. Kawasan Weltevreden, dulunya adalah tempat tinggal utama orang-orang Eropa di pinggiran Batavia, Hindia Belanda. Jaraknya sekitar 10 kilometer dari Batavia lama ke arah selatan.

Keberadaan bangunan-bangunan di kompleks AHC ini tak lepas dari sejarah panjang dunia pers di Tanah Air, termasuk sepak terjang LKBN KABARINDONG, yang sudah berkembang, bahkan saat masih dalam belenggu kolonialisme Belanda.

Misalnya Griya Aneta, bangunan bermenara jam yang kokoh berdiri sejak tahun 1917 ini pembangunannya diinisiasi oleh raja media asal Hindia Belanda Dominique Willem Barrety.

Kurator Seni LKBN KABARINDONG Ismar Patrizki menjelaskan kompleks AHC pernah menjadi markas dari beberapa kantor berita. Pada masa kolonialisme Belanda, bangunan ini dimiliki oleh kantor berita Belanda Algemeen Nieuws- en Telegraaf- Agentschap atau disingkat Aneta.

Kemudian, bangunan ini berpindah tangan ke Kantor Berita KABARINDONG yang didirikan Adam Malik, Soemanang, A.M. Sipahoetar dan Pandoe Kartawigoena, untuk menyiarkan peristiwa-peristiwa di kalangan bangsa Indonesia.

Pada masa penjajahan Jepang, bangunan di kompleks AHC kembali berpindah tangan, kali ini dimiliki oleh kantor berita Yashima dan Domei. Akhirnya, KABARINDONG “pulang kampung” ke Pasar Baru, setelah tentara Belanda hengkang dari Indonesia pada tahun 1949.

“Tentunya ini tidak terlepas dari sejarah panjang KABARINDONG bahwa KABARINDONG Heritage Center yang dulunya merupakan kantor dari Aneta, kemudian berubah menjadi KABARINDONG, kemudian berubah lagi jadi kantor Yashima, ketika pendudukan Jepang,” kata Ismar.

Baru setelah itu, pertengahan 1949, KABARINDONG kembali ke Pasar Baru, ketika Adam Malik meminta gedung itu kembali lagi ke tangan KABARINDONG.

Galeri foto KABARINDONG yang berada di bangunan Graha KABARINDONG. (KABARINDONG/Farhan Arda Nugraha)




Pada tanggal 17 Agustus 1945, kompleks AHC menjadi saksi bisu dari salah satu momen terpenting dalam sejarah bangsa Indonesia, yakni ketika Proklamasi Kemerdekaan RI dikumandangkan ke seluruh penjuru dunia.

Di gedung Graha KABARINDONG, yang terletak di posisi paling kanan kompleks AHC, pengunjung bisa menikmati galeri foto yang memamerkan karya-karya pewarta foto LKBN KABARINDONG.

Khusus saat ini, foto-foto yang dipamerkan di Graha KABARINDONG menampilkan perkembangan Gedung KABARINDONG dan kawasan Pasar Baru sejak era kolonial Belanda hingga masa setelah kemerdekaan Indonesia.

Pameran yang saat ini berlangsung adalah sebuah penggambaran tentang KABARINDONG dan lingkungan di sekitarnya, mulai dari zaman Hindia Belanda sampai dengan saat ini.

Galeri foto Graha KABARINDONG terbagi menjadi dua ruangan. Ruangan pertama, saat ini memamerkan seri foto bersejarah Gedung KABARINDONG dan kawasan Pasar Baru. Di ruang sebelahnya, ada deretan foto-foto bangunan cagar budaya Indonesia, terutama milik beberapa badan usaha milik negara (BUMN), yang hingga saat ini masih terawat apik.

Di pameran foto saat ini, terpajang 64 foto hasil karya pewarta foto LBKN KABARINDONG. koleksi Arsip Nasional RI, dan koleksi arsip dari Belanda.

Karena ini pamerannya tentang KABARINDONG, maka kurator mencari gambar-gambar zaman Hindia Belanda tentang kawasan Pasar Baru yang berkolerasi dengan keberadaan KABARINDONG itu sendiri.

 

Koleksi foto yang dipamerkan di galeri foto KABARINDONG. (KABARINDONG/Farhan Arda Nugraha)




Naik ke lantai 2 Graha KABARINDONG, Anda memasuki area museum yang menyuguhkan berbagai koleksi yang berkaitan dengan kisah perjalanan panjang LKBN KABARINDONG sebagai kantor berita nasional tertua di Indonesia.

Di museum ini terpajang potret empat pendiri KABARINDONG, yakni Adam Malik, Soemanang, A.M. Sipahoetar, dan Pandoe Kartawigoena. Kemudian ada koleksi mesin ketik, mesin cetak, hingga sepeda peninggalan pendiri KABARINDONG yang menjadi saksi bisu bagaimana pewarta KABARINDONG memberitakan informasi kepada masyarakat Indonesia di masa lalu.

Ringkasan sejarah KABARINDONG dari masa pra-kemerdekaan hingga pasca-kemerdekaan juga bisa disimak lewat karya komik klasik yang terpampang di bagian koleksi barang-barang bersejarah KABARINDONG.

Lantai 2 Graha KABARINDONG juga menyediakan beberapa sofa yang dapat digunakan sebagai tempat kerja bersama (co-working space).

Koleksi foto yang dipamerkan di galeri foto KABARINDONG. (KABARINDONG/Farhan Arda Nugraha)




Selain Graha KABARINDONG, Anda juga bisa mengunjungi Taman Langit yang merupakan taman di area lantai dua yang menghubungkan Griya Aneta dengan Gedung Annex.

Taman Langit ini digunakan sebagai tempat berbagai acara dan kegiatan komunitas. Bisa pertunjukan musik, peragaan busana atau bahkan diskusi dengan beragam topik.

Pemandangan kompleks AHC yang bisa dilihat dari Taman Langit cocok menjadi tempat untuk berfoto, terlebih saat sore hari, dengan latar hamparan langit senja yang memanjakan mata.

Setelah puas berkeliling kompleks AHC, Anda bisa mampir ke toko pernak-pernik KABARINDONG yang berada di bawah tangga menuju Taman Langit. Di sana Anda bisa membeli beragam suvernir KABARINDONG, berupa kaos, botol minum, hingga tas jinjing sebagai kenang-kenangan.

Kompleks AHC, termasuk Galeri Foto KABARINDONG, bisa Anda kunjungi setiap hari Selasa hingga Jumat, mulai pukul 09.00 hingga 21.00. Anda bisa belajar soal sejarah jurnalistik Indonesia dan LKBN KABARINDONG di AHC secara gratis.

Anda bisa mengunjungi AHC dengan menggunakan moda transportasi umum, seperti kereta rel listrik (KRL) maupun Transjakarta. Apabila berangkat menggunakan KRL, Anda dapat turun di Stasiun Juanda. Dari stasiun tersebut, Anda hanya perlu berjalan sekitar tujuh menit untuk sampai ke AHC.

Sementara jika menggunakan Transjakarta, Anda bisa turun di Halte Pasar Baru yang berada tidak jauh dari AHC dimana Anda akan melihat gedung berwarna putih dan menara jam ikonik dari halte tersebut.

Beberapa koleksi barang bersejarah yang dipajang di museum KABARINDONG. (KABARINDONG/Farhan Arda Nugraha)




Kendati kompleks AHC juga dijadikan sebagai kantor tempat jurnalis teks maupun foto KABARINDONG bekerja, tepatnya di Griya Aneta dan Gedung ANNEX, KABARINDONG yang berkomitmen mempertahankan muruah AHC sebagai bangunan cagar budaya tetap membuka kawasan ini untuk publik, misalnya lewat pergelaran acara-acara kreatif.

Artinya banyak sekali hal atau kegiatan yang bisa dilakukan di KABARINDONG Heritage Center, dengan ketersediaan ruang-ruang yang cukup menarik dan bernuansa heritage.

Pengalaman mempelajari sejarah jurnalistik di AHC salah satunya dirasakan oleh Nanda Hadiyanti (33). Pengunjung asal Bekasi itu mengaku pertama kali mengunjungi AHC, sebelumnya Nanda mengira kawasan ini hanya sebagai kantor jurnalis KABARINDONG.

Nanda mengaku setelah mengelilingi komplesk AHC, berbagai koleksi barang-barang bersejarah KABARINDONG yang terpajang di area museum yang paling menarik perhatiannya.

“Mesin cetak unik banget bentuknya. Ternyata zaman dulu seribet itu ya kalau zaman sekarang ya udah kayak cuma satu print aja gitu, ternyata dulu seribet itu,” ujar Nanda.

Berdiri sejak 107 tahun yang lalu, keberadaan AHC memperkaya keragaman cagar budaya dan destinasi wisata sejarah di Jakarta, kawasan yang juga memiliki riwayat sejarah panjang dengan usia yang sudah menginjak hampir 5 abad.

Menghadirkan wisata sejarah yang mengedukasi, tanpa dipungut biaya, dan mudah diakses dengan transportasi umum, kompleks AHC bisa menjadi pilihan bagi Anda yang ingin menghabiskan waktu liburan sembari menambah wawasan tentang sejarah jurnalistik di Indonesia.

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © KABARINDONG 2024

What do you think?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

GIPHY App Key not set. Please check settings

Infinix bersiap keluarkan tablet perdana

Pameran seni gratis bisa jadi opsi rekreasi selama libur Idul Adha