Kenapa Sih Ada Orang Toxic? Ini Jawaban Psikolog Agata Paskarista

webadmin

0 Comment

Link

Kabarindong.com – Toxic atau beracun (mengandung racun), tak hanya ada pada hewan dan tumbuhan lho! Toxic bisa terjadi atau ada dalam sebuah hubungan serta sifat manusia.

Manusia toxic atau beracun bukan berarti manusia tersebut mengandung racun dalam tubuhnya.

Ilustrasi pasangan yang terjebak dalam toxic relationship (Pexels/Alex Green)
Ilustrasi pasangan yang terjebak dalam toxic relationship (Pexels/Alex Green)

Secara harafiah, manusiaย toxic digambarkan sebagai manusia yang memberikan dampak buruk pada manusia lainnya.

Dikatakan oleh psikolog Agata Paskarista, M.Psi, ada beberap penyebab mengapa seseorang tumbuh menjadi pribadi yang toxic.

Baca Juga:
Ketahui Pengertian Toxic Masculinity dan Kenali Bahayanya Terhadap Kesehatan Mental Lelaki

Misalnya, kata Agata, ia tumbuh dengan pola asuh yang kurang kasih sayang, sejak kecil hingga dewasa.

“Misalnya pola asuh yang kurang kasih sayang, pernah dibully atau dirundung dan adanya gangguan mental yang tidak terdiagnosis,” kata Agata, dikutip dari siaran pers Kata Oma Telur Gabus, Kamis (29/12/2022).

Lebih lanjut, Agata menekankan pentingnya untuk keluar dan lepas dari jeratan manusia toxic. Namun sebelum itu, penting untuk tahu lebih lanjut tanda berada dalam hubungan toxic.

“Ada beberapa tanda orang berada di hubungan toxic relationship. Mulai dari mengorbankan kebutuhan diri sendiri, merasa tidak dianggap, tidak dihargai, merasa sendiri, menarik diri dari lingkungan, selalu disalahkan,” tambah Agata.

Selain itu, korban dari perilaku manipulatif manusia toxic juga cenderung selalu terlalu berhati-hati dalam bertindak serta tidak menjadi diri sendiri.

Baca Juga:
Dear Ladies! Ini 3 Hal yang Perlu Dilakukan saat PDKT Biar Enggak Terjerat Toxic Relationship

Ilustrasi hubungan toxic.(Pixabay/Praetorianphoto)
Ilustrasi hubungan toxic.(Pixabay/Praetorianphoto)

Dalam webinar bertajuk How to Recover from Toxic Situation yang digelar di hari jadi keempat Kata Oma beberapa waktu lalu, Agata menyebut andai pemicu yang mendasari perilaku toxic adalah depresi atau trauma, maka diperlukan perawatan dari ahli.

“Penyintas kerap membutuhkan pertolongan profesional untuk membantu melepaskan beban emosinya. kamu layak lepas dari perasaan menyalahkan diri sendiri,” tambahnya.

Webinar sendiri diselenggarakan Kata Oma melalui program Mamammia, wadah bagi para Ibu untuk berbagi informasi atau edukasi dan hiburan dalam komunitasnya.

Founder Kata Oma Telur Gabus – Furiyanti mengatakan, pihaknya terus menjalankan misi untuk mendukung wanita Indonesia dalam menjalankan peran sebagai ibu penjaga kehangatan keluarga.

“Sebagai wujud nyatanya, Kata Oma rutin mengadakan platform interaksi seperti Mamammia yang diharapkan dapat memberikan semangat dan inspirasi bagi para ibu penjaga kehangatan keluarga,” pungkasnga.

Share:

Related Post

Leave a Comment