in

Pakar Marketing: Belanja karena FOMO Tanda Otak Sudah Ngehang, Apa Saja Tandanya?

Kabarindong.com – Pakar Marketing Yuswohady blak-blakan mengungkap fenomena gaya hidup FOMO (fear of missing out) jadi tanda otak manusia sudah ngehang karena tidak kuat memproses dan menampung semua informasi yang masuk.

Fenomena gaya hidup FOMO umumnya membuat seseorang membeli barang atau jasa tanpa berpikir panjang, dan tidak memikirkan kondisi ekonomi, hingga seberapa butuh barang itu..

Biasanya FOMO terjadi momen harbolnas, pameran diskon hingga penawaran produk edisi terbatas, atau diskon di hari tertentu, yang membuat orang tersebut takut kehabisan, ketinggalan zaman atau tren yang sedang booming di masyarakat.

Pakar Marketing Yuswohady. (Kabarindong.com/Dini Afrianti)
Pakar Marketing Yuswohady. (Kabarindong.com/Dini Afrianti)

“FOMO itu apa, kognitif bias, blundernya otak manusia, dan tanda pengambilan keputusan secara keliru, terjadi karena otak tidak kuat menahan informasi yang sudah begitu banyak,” ujar Yuswohady dalam acara FOMO Marketing di Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat, Rabu (25/1/2023).

Baca Juga:
Bocah Laki-laki Nangis Minta Maaf ke Ibunya karena Belanja Online Sampai Rp 2 Juta

Lelaki yang juga penulis buku marketing itu juga menjelaskan bahwa FOMO mendera semua orang, tidak memandang miskin atau kaya, bodoh atau pintar, terlebih di zaman teknologi dengan akses informasi semakin mudah. Ini karena semua manusia punya memiliki pemikiran yang tidak melulu rasional, alias irrasional.

“Kognitif bias mempengaruhi orang pintar dan orang bodoh, jadi semuanya kena FOMO, karena orang cenderung irasional,” terang Yuswohady.

Bahkan menurut lelaki yang sudah menulis lebih dari 50 judul buku itu mengatakan, sekelas marketing, investor hingga pemimpin perusahaan sekalipun kerap terkena ‘wabah’ FOMO sehingga keputusan yang diambil juga kerap keliru.

Hal ini juga sesuai dengan riset yang menunjukan lebih dari 60 persen pembeli millennials membeli suatu barang atau jasa karena efek FOMO.

Bahkan akibat FOMO ini, tidak jarang pembeli sampai rela berhutang hanya demi mengakses benda atau jasa yang ditawarkan tersebut.

Baca Juga:
Via Vallen Belanja Online Seabrek, Suami Ngomel: Buang-Buang Uang!

“Masalah utang belakangan karena luapan informasi, tidak kuat otak kita, tidak bisa berpikiran rasional, otak udah ngehang dari lama. Kognitif bias otak sudah tidak bisa berpikir rasional, jadi udah males,” tutup Yuswohady.


What do you think?

Written by webadmin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

GIPHY App Key not set. Please check settings

Pendidikan Teller BCA Disindir Korban Pembobolan, Apakah Pegawai Bank Harus Lulusan Sarjana?

Sempat ditunda, Pesta Rakyat 30 Tahun Dewa 19 digelar Februari