in

Tekan Risiko Kesehatan hingga 95%, Tembakau Alternatif Masih Sering Jadi Misinformasi

PREVALENSI merokok di Indonesia sudah menyentuh 65 juta jiwa, bahkan menjadi salah satu yang tertinggi di dunia. Padahal aktivitas merokok berkorelasi dengan berbagai macam penyakit seperti kanker paru-paru, kanker kerongkongan, penyakit jantung koroner, hingga stroke.

Ketua Masyarakat Sadar Risiko Indonesia (Masindo) Dimas Syailendra Ranadireksa berpendapat, kampanye negatif tentang produk tembakau alternatif di Indonesia, perlu ditekan. Yaitu dengan menghadirkan informasi yang akurat dan kredibel terkait manfaat produk alternatif.

“Kampanye negatif hanya akan semakin menjauhkan perokok dewasa Indonesia dari produk tembakau alternatif yang bisa menjadi solusi komplementer menekan prevalensi merokok di negara ini,” ujar Dimas dalam keterangannya.

Rokok

Dimas yakin bahwa produk tembakau alternatif memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan rokok. Dia juga berharap perokok dewasa bisa beralih ke produk tersebut demi meringankan masalah kesehatan.

“Produk tembakau alternatif memiliki manfaat yang besar demi mendorong perbaikan kesehatan publik. Kampanye negatif terhadap produk tembakau alternatif bisa diminimalisir demi terciptanya peralihan perokok dewasa ke produk yang lebih rendah risiko ini,” ungkap Dimas.

Sebelumnya, Wakil Direktur the Consumer Choice Center, lembaga internasional perlindungan konsumen yang berpusat di Washington DC Amerika Serikat, Yael Ossowski menyebut, adanya kampanye negatif produk tembakau alternatif akan menjadi mispersepsi pada perokok dewasa yang ingin beralih dari rokok konvensional. Contohnya soal misinformasi produk tembakau alternatif, pengenaan pajak tinggi, pembatasan hingga larangan penggunaannya.

Yael juga mengatakan bahwa produk tembakau alternatif terbukti secara ilmiah memiliki risiko yang lebih rendah hingga 95 persen dibandingkan rokok konvensional.

“Badan kesehatan maupun kelompok anti tembakau meyakinkan publik bahwa produk tembakau alternatif seperti produk tembakau yang dipanaskan, rokok elektrik, dan kantong nikotin memiliki risiko yang sama atau bahkan lebih berisiko daripada rokok,” ungkap Yael.

What do you think?

Written by Uli Hasanah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

GIPHY App Key not set. Please check settings

Intip Adu Gaya Artis dan Influencer Indonesia Pakai Batik di Agenda Paris Fashion Week 2022

Keterisian tempat tidur Jakarta kini turun jadi 37 persen