in

Pengamat perlindungan anak: galakkan kembali lagu anak

Jakarta (KABARINDONG) – Pengamat pendidikan dan perlindungan anak Rita Pranawati menilai kehadiran negara, komposer musik dan pencipta lagu adalah penting untuk menggalakkan dan mempopulerkan kembali lagu-lagu anak, yang bisa memberi warna kehidupan mereka.

“Ayo, nyanyikan lagu yang sesuai dengan tumbuh kembang anak-anak agar mereka tidak hanya matang dari sisi biologis tetapi juga sisi psikologis,” kata Rita kepada KABARINDONG, Selasa.

Rita, yang juga mantan Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI,) mengatakan sesungguhnya Indonesia tidak pernah kekurangan lagu untuk anak-anak. Permasalahan terletak pada kecenderungan anak-anak saat ini lebih hapal lagu-lagu dengan lirik dewasa, yang isinya tentu bukan untuk mereka.

“Itulah kenapa mereka jadi lebih cepat dewasa dan ini bisa berpengaruh pada tumbuh kembang anak-anak terutama pada aspek psikologis,” kata Rita.

Dia mencontohkan bahwa amat banyak lagu karya Ibu Kasur atau A.T. Mahmud, namun, tidak lagi dikenal oleh anak-anak sekarang. Media sosial, menurut dia, harus dioptimalkan untuk ikut mengkampanyekan popularitas lagu-lagu yang sesuai bagi anak-anak.

“Bisa juga dengan lebih banyak menggelar kompetisi bernyanyi seperti ‘Idola Cilik’ misalnya dan seterusnya,” kata Rita.

Baca juga: Farel Prayoga rilis “Mangku Buku”, penuh pesan moral untuk anak-anak

Orang tua juga berperan terhadap ketepatan pemilihan lagu yang didengar anak, dalam konteks pengasuhan sesuai usia. Terkadang pemahaman orang tua justru terbalik dengan menganggap lumrah ketika anak-anak mendengarkan lagu-lagu tertentu agar dianggap mengikuti perkembangan tren.

Idealnya, menurut Rita, orang tua mesti memahami dan mampu memilah jenis hiburan bagi anak-anaknya. Walaupun tak bisa dimungkiri bahwa isu pengetahuan tentang pengasuhan ini memang jadi pekerjaan rumah besar sejak lama.

Rita menilai orang tua tidak berpikir panjang soal memilih dan memilah lagu untuk anak-anak karena hasil survei KPAI pada 2015-2020 menunjukkan pengetahuan orang tua tentang pengasuhan tergolong lemah sekali.

“Kesadaran semacam itu belum tumbuh karena literasi pokok semisal tentang kekerasan saja masih sulit berkembang,” kata Rita.

Ketersediaan lagu anak pada era digital mendapat tantangan, yaitu bagaimana semua pihak mau dan mampu menciptakan kondisi yang sehat bagi tumbuh kembang anak-anak sesuai usianya, lewat aspek hiburan dengan menghadirkan kembali lagu-lagu sarat makna kebaikan di ruang publik yang lebih luas.

“Harus dinyanyikan ulang, diaransemen kekinian, dan diperkenalkan secara terus menerus melalui kelas, media sosial, dan seterusnya,” kata Rita.

Baca juga: Domikado rilis lagu “Tangga Nada” untuk sarana “edutainment” anak

Baca juga: Kemenag rilis lagu untuk peringati Hari Anak Nasional 2022

Baca juga: PAPPRI Jabar programkan turun ke sekolah bangkitkan kejayaan lagu anak

Pewarta: Ahmad Faishal Adnan
Editor: Natisha Andarningtyas
COPYRIGHT © KABARINDONG 2023

What do you think?

Written by Banawa Ardianto

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

GIPHY App Key not set. Please check settings

Kreasi es krim berbahan MSG dihidangkan di Jakarta

K3 diharapkan masuk kurikulum di sekolah perfilman